Beautiful But Dirty



Editorial MC News HPI yang berjudul ”Sustainable Tourist Guide”, mendorong saya membuka memori lama ketika banyak mendapat pertanyaan sama yang berulang dari wisatawan mancanegara(wisman). Pertanyaan yang sering dilontarkan adalah tentang budaya membuang sampah dan penanganan sampah plastik. Saking seringnya mendapatkan pertanyaan tersebut, saya bahkan menggunakan jurus mendahului curhat ke mereka. Tak jarang pula saya selingi dengan guyonan dan harapan. Melalui media ini ijinkan saya menyampaikan keresahan, uneg-uneg serta usulan. Dari sekian banyak kejadian yang mirip, saya ingin membagikan dua kisah.

Kisah  pertama adalah ketika saya menemani rombongan  wisman untuk mengunjungi sebuah candi yang terletak di kaki gunung. Untuk sampai ke candi ini kita harus berjalan kaki menyusuri jalan setapak sekitar tiga kilometer. Selama perjalanan itu kami disuguhi pemandangan alam yang indah. Hamparan sawah dengan aneka tanaman utamanya padi dan palawija serta sungai kecil dengan air bening mengalir. Udara sejuk khas pegunungan pun terasa menyegarkan. Namun salah satu turis wanita semenjak meninggalkan loket pembelian karcis mengajak saya memungut sampah plastik yang berserakan di kanan kiri jalan setapak yang kami lalui. Setelah mengunjungi candi mungil nan indah kami kembali melalui jalan setapak yang sama. Sampai di loket pembelian karcis kami menyerahkan dua tas plastik penuh dengan sampah plastik aneka bungkus permen, biscuit dan lain-lain.

Cerita lain terjadi ketika saya dengan wisman yang lain mengunjungi sebuah air terjun. Kami berjalan di pinggir sungai diringi suara gemericik air dan nyayian burung bersahutan ternyata tak serta merta memalingkan perhatian mereka akan keberadaan sampah plastik di kanan kiri jalan yang kami lewati. Satu permintaan mereka adalah meminta saya untuk menyampaikan kepada petugas loket bahwa mereka tidak berkeberatan untuk membayar tiket masuk dengan harga yang lebih mahal dengan syarat tidak ada lagi sampah plastik berserakan di obyek tersebut.

Dua kejadian di atas diakhiri dengan satu pertayaan yang sama. Apakah di sekolah tidak diajarkan membuang sampah? Tentu dengan mudah kita bisa menjawab bahwa di sekolah diajarkan mebuang sampah yang benar. Lalu muncul pertanyaan susulan yakni jika sudah diajarkan mengapa masih banyak sampah plastik yang kita lihat selama tur ?

Namun selain pertayaan-pertanyaan itu ada satu kalimat yang selalu terngiang di telinga saya adalah ketika dari sekian banyak wisman itu ada yang mengatakan dengan penuh keprihatinan”your country is beautiful but dirty”. Campur aduk rasa di hati ini, jengkel, marah dan malu. Adalah hak mereka yang berkata demikian setelah melihat sekian fakta. Menjadi tugas kita bersama untuk menjaga alam di negeri ini agar keindahannya lestari. Harapan kita semua agar semua wisatawan yang berkujung ke negara kita benar-benar merasakan “wonderful Indonesia” seperti tagline yang kita gaungkan selama ini.

Dalam editorial “Sustainable Tourist Guide” dipaparkan bahwa dalam prespektif pariwisata berkelanjutan, senantiasa terkandung tiga (P) yang senantiasa kait-mengait tak terpisahkan yaitu  "Planet- People-prosperity" dan harapan atas tiga peran dimana di poin kedua disebutkan agar turut serta aktif dalam berbagai bentuk memberdayakan dan mengedukasi masyarakat sekitar destinasi. Melalui tulisan ini ijinkan saya menyampaikan sebuah gagasan dalam rangka mengejawantahkan harapan tersebut sekaligus sebagai wujud nyata dari harapan dan cita-cita HPI sebagaimana tertuang dalam AD/ART BAB III tentang AZAS TUJUAN DAN FUNGSI pasal 6 ayat 2 yang berbunyi berupaya melaksanakan dan menyukseskan pembangunan, pembinaan dan penelitian wawasan pariwisata terkait, baik pemerintah maupun swasta. Saya mengusulkan sebuah program”HPI GOES TO SCHOOL”. Tujuannya khususnya mengajak para siswa untuk menjadi wisatawan yang baik dengan cara ikut menjaga dan melestarikan obyek wisata yang ada.

 Sebagai usulan  konkret kita bisa mengusulkan untuk meminimalkan penggunaan air mineral botol plastik dalam kegiatan study tour. Selain mendukung GO GREEN CAMPAIGN di harapkan juga mengurangi volume sampah plastik di setiap obyek wisata yang dikunjungi. Kita bisa berkolaborasi dengan dinas Lingkungan Hidup dan Dinas yang berkaitan untuk menjadi sponsor. Jika setiap DPD dan DPC HPI di seluruh Indonesia bergerak-serempak, maka akan ada gaungnya dan masyarakat akan lebih mengenal HPI. Semoga kebersihan dan keindahan yang menjadi pilar Sapta Pesona terlaksana dan di masa mendatang kita tidak lagi mendengar ungkapan “your country is beautiful but dirty” namun cukup dengan “your country INDONESIA is WONDERFUL”. Semoga.

Penulis: Sayogo Kertodikromo

Licensed Tourist Guide No. 398/PWU/DIY/15/E, DPD HPI DIY.

0/Post a Comment/Comments

Lebih baru Lebih lama