Rinding Gumbeng, Topik Komunikasi Guiding



Editorial Mcnews (4/8/20). SOP HPI 2020 berisi dasar-dasar layanan, pedoman kerja, dan prinsip komunikasi guiding. Isinya perlu terus disosialiasikan dan disebarkan agar kompetensi komunikasi spesifik ini dapat diterapkan di lapangan sesuai kondisi klien tamu wisatawan yang dihadapi. Story telling puncak komunikasi yang menyasar kulit informasi hingga ke dalaman makna kunjungan destinasi. Ujungnya inspirasi yang ditanam seorang Guide membekas amat dalam, itulah kesan dan pesan lintasan perjalanan. Semisal itenerary ke Gunungkidul, maka titik-titik daya tarik mana saja termasuk menyiapkan topik kunjungan dengan informasi terbaik. 

Ketika membawa tamu musikolog mau tak mau, guide menyisipkan informasi topik penting sesuai minat turis. Rinding Gumbeng misalnya jenis instrumen etnik melalui potongan ruas bambu, disayat yang kemudian diberi tarikan tali lalu ditiup. Daya tarik ini bisa ditemui di Ngawen, Wonosari, dan di Karangmojo, merupakan musik tradisi purba yang bersifat lintas etnik, padahal jejak sejarahnya bukan untuk hasrat bermusik. Instrumen ini sekurangnya penimbul suara musikal yang berperan membentuk ekspresi kreatif demi memanfaatkan sumber alam terdekat untuk kelengkapan ritual, hiburan, sekaligus pengkat sosial jaman doeloe. 

Bebunyian yang dihasilkan mencair dengan suara alam, capaian nadanya mengalir harmonis seperti angin yang bertiup atau bunyi sawangan pada burung merpati terbang. Komposisinya membangun imajinasi pendengar meniti oktaf-oktaf dan tangga nadanya. Tak pernah pakar etnomusik sekalipun bisa mengerti begitu indahnya rinding gumbeng telah ada di Jawa menyasar kebahagiaan. Sebaran budaya musik hingga wilayah Sunda (karinding), tetapi telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTB) Indonesia berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta (2017). Topik kecil yang hampir punah ini menjadi sesuatu yang amat berharga di mata perjalanan etnomuskologi dunia, bukan tidak mungkin posisi interpretuer guiding di sini berubah menjadi negosiator peradaban.

Di sinilah tour guide berada di pusat peta ekosistem kepariwisataan lokal, nasional, dan mondial. Disebut profesi ujung tombak, sebab lidahnya menggambarkan banyak hal spektrum penyadaran manusia menyusuri rasa ingin tahunya (coriosity). Usaha terapan jasa dan SOP protokol guidingnya berfungsi merenda layanan, membahasakan komunikasi, menjelaskan informasi budaya, memaknai destinasi, menghibur peserta tur, dan memberi interpretasi lokus peradaban agar suguhan story telling pramuwisata saat bertugas berkesan mendalam bagi wisatawan.

Sebelum berangkat tugas guiding, pramuwisata perlu memastikan sekali lagi kondisi hal-hal: Lalu lintas, keadaan jalan, route ke obyek, perubahan waktu kunjungan, dan tata caranya. Berita terkini juga perlu diperhatikan. Laporkan segala perubahan yang mendadak kepada tour operator / agen travel yang booking telah pesan sebelumnya. Sampaikan alasan cuaca dan situasi dengan tepat kepada peserta. Rencanakan tiba 30 menit sebelum tour dimulai.

Item tugas dan pernik komunikasi guide tak jauh dari: Itinerary tur, Konfirmasi hotel dan restoran, rooming list, Voucher, Buku panduan, Peta wisata, Informasi obyek, dan cek Nomor-Nomor telepon, Air minum, makanan ringan, kelengkapan protokol kesehatan, Charger, power bank, senter, alat komunikasi, dan perlengkapan lainnya. Pramuwisata setiap tugas perlu cek seragamnya, Kartu lisensi, kartu tanda anggota (KTA HPI), dan pengenal pramuwisata lainnya.


Komunikasi guiding terkait itenerary perjalanan, seorang Guide perlu memastikan sikap welcoming di depan tamu apakah mereka positif, tenang, meyakinkan, dan antusias. Guide wajib memperkenalkan diri kepada semua peserta. Sebutkan jelas nama guide, identitas grup, permintaan khusus rombongan, materi topik interpretasi, apa saja hal-hal yang menarik perhatian tur. Konfirmasikan program tur, perjanjian, perubahan mendadak. Atur strategi komunikasi agar peserta tidak terlambat atau tersesat dan bertindak bila terjadi sesuatu. Cari tahu asal rombongan, datang dari mana sebelumnya, dan kemana tujuan setelah tur berakhir. Bila tour leader (TL), dapatkan informasi di atas dan temani rombongan dalam setiap langkah dan perhatian khusus. 


Ketika tugas interpretasi guiding di obyek wisata kumpulkan peserta, hitung, pandang mereka dengan tatap mata, dan senyuman. Dengan jelas pastikan briefing tentang keselamatan interpretasi berjalan, poin komuniksi yang biasanya disampaikan di setiap awal perjalanan. Seperti menyeberang jalan, saat berjalan di kawasan padat lalu lintas. Jelaskan program itinarary kembalin terkait waktu kunjungan. Tentukan tempat dan waktu untuk berkumpul. Antisipasi bila ada peserta yang terlambat atau tersesat, atau ada yang meninggalkan rombongan sebelum tur berakhir. Beri kesempatan bertanya di saat dan lokasi yang tepat. 


Satu topik daya tarik kunjungan bisa dinaikkan menjadi highlight, puncak eksplorasi dan komunikasi guiding amat tergantung Pramuwisata mempersiapkannya dengan baik sesuai panduan SOP HPI. Jayalah Pramuwisata. Bersambung. (Mcnews/amm)

0/Post a Comment/Comments

Lebih baru Lebih lama