Editorial Mcnews (21/11) Pandemi Covid-19 memicu kreativitas profesi tanpa batas, yakni Pramuwisata berpikir out of the box menjalankan fungsi-fungsi kerja kepramuwisataan. Jasa pemanduan minat khusus menjadi tren wisata sekaligus tantangan Guide Himpunan Pramuwisata Indonesia mengasah kemampuannya. Semua ini untuk desakan kebutuhan hidup tetapi lewat semangat kerjasama profesional. Inovasi memicu kreativitas dan muncullah misalnya layanan tour virtual, praktek niaga, pemasaran maya, kuliner, hortikultura, upskilling pemanduan, dan seterusnya. Inilah kreasi kerjasama saling menguatkan yang diperlukan pramuwisata di daerah.
Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 13 Tahun 2015 tentang Standar Usaha Jasa Pramuwisata (UJP) menjelaskan ihwal standar usaha penyediaan tenaga pemandu wisata untuk memenuhi kebutuhan wisatawan dan atau kebutuhan biro perjalanan wisata melalui Koperasi Usaha Pramuwisata. Disini produk dan layanan usahanya mesti terdaftar dan tersertifikasi. Standar UJP ini adalah rumusan kualifikasi dan atau klasifikasi yang mencakup aspek produk, pelayanan dan pengelolaan UJP. Seperti diketahui peran fungsi pemandu tak tergantikan di dalam layanan kepariwisitaan, maka dia perlu kreatif mengantisipasi perkembangan usahanya.
Jika dilihat lagi Pramuwisata berperan amat strategis bagi pembangunan pariwisata nasional yakni posisinya di tengah jejaring kerja, dinamika proses usaha, bangunan sinergi dan kemitraan, serta perolehan hasil-hasil devisa kepariwisataan. Dari lima elemen usaha kepariwisataan; akomodasi, destinasi, transportasi, makanan, dan pramuwisata sungguh posisi pramuwisata amat sentral di ujung tombak layanan. Faktanya kalkulasi tour luring normal saja sering berbeda, pramuwisata sering tak dihitung semestinya. Profesinya dihargai tak sebanding misalnya dengan harga kamar, transport, makanan atau karcis beaya obyek destinasi. Padahal kenormalan kunjungan wisata akhir-akhir ini tak menyurutkan peran fungsinya. Tren virtual tour (VT) misalnya menonjolkan peran informasi interpretasi Pramuwisata yang tak tergantikan oleh aplikasi mesin, sebab turis butuh komunikasi dan memaknai kunjungan bukan sekedar melihat gambar lingkungan perjalanan.
Pramuwisata perlu menyadari kekuatannya selaku usaha jasa sekaligus jenis profesi, penghubung komunikasi dan penentu kualitas kerjasama kepariwisataan. Poin penting kasus VT di atas, bahwa perannya strategis memaknai perjalanan wisata, hanya dia yang dibekali kompetensi storytelling dan interpretative guiding. Peluang eksplorasi usaha amatlah luas terbuka untuk dimanfaatkan di musim pandemi. Selain usaha jasanya, pramuwisata patut mengasah kemampuan lain, keran hobby dan minat lain seperti bidang-bidang marketing, perdagangan dan promosi.
Guide profesional dituntut mampu bersinergi, marketing, dan bekerja sama dengan baik dengan pihak kepentingan nasional. Kompetensi guiding dipenuhi pembelajaran ilmu-ilmu komunikasi praktis yang menghubungkan semua urusan tamu. Antara lain posisinya sebagai penghubung relasi kepentingan, informan kepercayaan wisatawan, menguasai bahasa klien, interpreteur di destinasi, sebagai duta bangsa, dialah pemberi kesan kunjungan yang baik. Secara marketing jelas kompetensi pramuwisata ini menumbuhkan kerjasama yang harmonis, kinerjanya dirasakan klien wisatawan, kalangan masyarakat luas pengguna jasa di lapangan. Dialah yang memaknai seluruh rangkaian perjalanan wisatawan.
Di luar tugas-tugas pokok pemanduan, SDM pramuwisata juga diperhitungkan adanya. Pasal 43, 44, 45, dan 50 UU Kepariwisataan No 10 Tahun 2009 disebut asosiasi profesi dan usaha, yakni dalam kerjasama urusan promosi kepariwisataan, kebijakan Badan Promosi Pariwisata serta Gabungan Industri Pariwisata Indonesia mulai pusat hingga daerah. Profesi pramuwisata juga ikut menyorong program-program pemerintah sektor pariwisata. Kerjasama tingkat local sebanyak 456 pramuwisata Daerah Istimewa Yogyakarta dengan para pihak kepentingan telah menggairahkan kunjungan turis. Hal ini terbukti Penghasilan Asli Daerah Yogyakarta dari Kota seluas 32.5 km² ke Propinsi DIY (2012) senilai Rp1.47 triliun terus naik dengan amat signifikan hingga hari ini. Selain contoh Pramuwisata DIY, kolega lain di Indonesia tentu ikut mendorong PAD masing-masing yang jauh lebih meningkat lagi (Mudhi’uddin, Multilevel Learning, 2020).
Musim kenormalan wisata ini dengan tumbuhnya perajin UMKM, sarana wisata, ratusan hotel bintang menunggu kreativiatas pekerja wisata. Ditingkat lokal beroperasinya New Yogyakarta International Airport akan menambah pundi-pundi devisa, atau menantang peran Pramuwisata disana. Diperlukan partisipasi kelompok seni budaya, munculnya festival wayang, paket wisata Event Selasa Wagen, malah bisa mengangkat brand City Tour Malioboro diminati khalayak. Lewat kesadaran marketing communication era 4.0, tuntutan 5.0 seterusnya para Guide HPI masa depan makin gencar berpromosi melalui aplikasi gadget IG, FB, twitter, vlog, dan seterusnya, mereka rubah crowd wisatawan yang berkumpul memenuhi padatnya Kota Jogja menjadi lebih bernilai ekonomi sekaligus menyulap ratusan pusat-pusat destinasi wisata baru di sekeliling DIY.
Tren produk wisata baru sesuai kenormalan tur
kunjungan saat ini kuncinya inovasi dan kreativitas usaha. Misalnya agar pramuwisata
belajar menyiapkan tur virtual, virtual
guiding dan belajar virtual cara menjual dan memasarkan potensi
destinasi kepada khalayak. Tantangan pokoknya, bagaimana Guide mempresentasikan
perjalanan wisata lewat multimedia yang mengesankan, dan mencerahkan peserta
tur. Pramuwisata harus menyadari fungsinya, bahwa tantangan zaman di tengah
perubahan pasar global ini tak harus meninggalkan tradisi Nusantara yang adhiluhung berkelas ini. Selamat
bertugas pramuwisata Indonesia. Jayalah selalu. (Mcnews/amm)
Posting Komentar